Minggu, 17 April 2011

Ali, Bunda dan Ulang Tahun

Sejuk rasanya mata ini memandang sebuah sunggingan senyum malaikat kecilku itu. Dalam diamnya, ia mengisyaratkan sebuah ucapan terima kasih kepadaku yang telah menemani harinya. Agenda terakhir kami di hari ini adalah menghadiri acara perayaan ulang tahun salah satu temannya yang ke tiga.

Sore tadi, dengan  gagah dan sumringah ia berlari riang membawa sebungkus kado yang telah kubentuk seperti permen raksasa berwarna warni. Sambil berceloteh riang bersama kawan-kawan sejawat, ia bertanya ke sana-sini tentang apa isi dari kado mereka. Well, dibanding dengan anak-anak lainnya, anakku itu memang agak menonjol dalam hal bersosialisasi dan linguistik, di mana ia tidak perlu malu untuk menegur dan bersenda gurau dengan orang-orang di sekitarnya, plus dengan kicauan beruntun yang fasih tiada pernah habis yang sungguh sangat seru untuk disimak. Puji syukurku yaa Robb atas segala rahmat-Mu kepada hamba.

"Waaa...Fathur ayo silakan masuk", sambut Eyang Putri dari Kaliel yang sedang berulang tahun , yang kebetulan ia merupakan istri dari mantan VP di tempat salah satu BUMN dulu aku pernah bekerja, jadi kami sudah sangat akrab.
"Iya Eyang, terima kasih...ini kadonya untuk Kaliel. Eh, lho...Kaliel nya di mana?" balas Aliku, yang sering juga dipanggil Fathur, karena memang lengkapnya Ali Fathurrahman.
"Eh Bun, kok yang ulang tahun ngumpet, sih?" lanjut Ali ketika kami baru memasuki halaman rumah yang luas nan asri itu.
"Iya ya Bang, mungkin masih beberes kue di dalam", balasku sambil kutuntun langkah kaki anakku memasuki halaman rumah itu lebih dalam.

Acara tersebut dilakukan outdoor di kebun rumah itu, dengan hiasan balon berwarna-warni dan potongan-potongan huruf bertuliskan Happy Bithday di sepanjang jalan setapak. Lalu kami terus berjalan dan mendapati sebuah meja yang telah tertata rapi dengan susunan benda-benda berikut, sebuah kue tart bertingkat dua berwarna biru dengan dekorasi khas Thomas didominasi warna biru, itu tuh...tokoh kartun kesukaan anak-anak yang berwujud kereta api pintar. Tak lupa di atas kue tersebut terpajang dengan tiga buah lilin mungil dengan pendar cahaya yang bergoyang. Indah. Lengkap di samping kanannya menurut pandangan mata saya, ada sebuah pisau kue berukuran sedang.

Kulayangkan pandangan ke sekitar spot, di mana bertumpuk-tumpuk kado berwarna-warni berada di sana. Ya, kalau dihitung-hitung jumlahnya mungkin kurang lebih ada sekitar 40-50 kado, sesuai jumlah anak yang berkumpul riang di sini. Lumayan meriah.

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan...selamat panjang umur kita kan do'akan..." begitu suara mereka menadakan sebuah lagu. Meriah. Mengandung do'a bagi yang mempunyai hajat, agar ia senantiasa diberikan Allah usia yang panjang, sehat sentosa dengan kesejahteraan,  di dalamnya. Aamiin yaa Robbal 'aalamiin, do'a untuk kita semua yang hadir di sana saat itu. Tak lupa aku pun turut memanjatkan do'a kepada balita itu dan segenap keluarganya yang telah sekian lama merawat dan mendidiknya dengan penuh cinta,
"...dan do'amu terhadap saudaramu tanpa sepengetahuannya langsung dikabulkan, dan bagimu do'a yang sama". Aamiin yaa Mujiib, yaa Robbal'aalamiin.

Lepas ritual tersebut, lalu dipotonglah kue tart itu. Oh, nooo...anak-anak yang hadir seketika berteriak ketika susunan kereta dengan tiga gerbong itu goyah dari pijakannya semula. Ya harus dilepas, karena material kereta-keretaan tersebut bukan dari bahan makanan.
"Yaaa...robohh deh, Thomasnya!" kudengar salah seorang anak berkata begitu, lalu
"Aaa...aku mau...aku mau Thomasnya buat aku..." ada juga yang menjerit begitu, juga
"Kasihan deh Thomasnya, huuuhuhuuu..." nah lho, sampai ada yang menangis begitu? Well, sebegitu akrabnya tokoh Thomas melekat di hati anak-anak kecil, terkecuali salah satunya anakku.

Ia tidak terfokus hanya kepada salah satu tokoh, sehingga ia menjadi fanatik, namun ia menyukai beberapa tokoh sekaligus diantaranya Ben10 dan Transformer. Meski terkesan sifat tidak loyal, namun ia begitu menyukai tokoh-tokoh tersebut dikarenakan sesuatu hal yang sungguh dalam hatiku mengguminya. Heroik. Ya, Aliku mengagumi kedua tokoh tersebut karena sikap dan sifat kepahlawanan mereka. Sungguh mengagumkan, bukan? Subhanallah! Dan memang lebih dulu Rasul telah mengajarkan kepada kita semua untuk tidak terlalu mencintai atau membenci sesuatu secara berlebihan, karena memang sejatinya kita wajib mencari manfaat dan ilmu dari setiap apa yang ada dan hadir dalam kehidupan kita.

Kecuali satu hal, yg benar kita cintai karena Allah, hal itu wajib kita berikan sebuah kekuatan cinta secara penuh dan mnyeluruh demi keutuhannya.

Wow, akhirnya si Thomas yang lucu sudah berpindah dari atas kue menjadi beralaskan piring di atas meja. Tidak apa-apa, toh ia masih tetap tersenyum kepada kami yang hadir di sana. Lalu piring demi piring kertas secara&bergiliran dibagikan kepada semua anak, sementara para orang tua yang ikut mengantar berada terpisah di sudut sebelah kanan dengan jamuan makanan yang juga berbeda. Ala orang tua deh, pokoknya... (untuk kali ini, sekali lagi, aku merasa benar-benar tua,&karena berkumpul dengan para dewasa bijaksana yang ilmu dan pengalamannya jauh di atasku, Alhamdulillaah).

Lucunya melihat tingkah lucu mereka, para bocah saat menghabiskan jatah sepotong tart mereka. Ada yang pipinya belepotan krim warna biru, ada yang pelipisnya tercoreng warna merah, ada pula yang tak kalah lucunya seorang anak kecil perempuan bernama Fio yang memang pendiam, ia sejak tadi hanya diam, kalem, pun saat acara makan kue, ia hanya duduk memandangi potongan kue di atas piringnya. Apakah ia juga malu untuk menghabiskan kuenya di depan banyak orang? Oh, sungguh aku tidak berani menjadikan itu sebagai sebuah kesimpulan. Karena kutahu, bahwa setiap anak memiliki perbedaan karakter dan pembawaan. Bolehlah orang tua anak tersebut mungkin merasa sedikit malu atas kelakuan anak gadisnya itu, namun jauh di lubuk hati saya mengatakan : "Bersyukurlah Bu, memiliki anak yang kalem dan pendiam, so tidak perlu bersakit-sakit raga untuk melakukan adegan rutin semacam smackdown, yang biasa saya lakukan bersama si kecil di rumah setiap malam", sambil menyengir geli sendiri, betapa aku juga merutinkan sebuah agenda yang berjudul pijat alias urut di setiap dua pekan.

Oh, tidak Nak...sungguh bunda tidak sedang mengeluh, apalagi menyayangkan sifat yang melekat pada dirimu. Sungguh tidak. Bunda sangat bersyukur atas segala yang dianugerahkan Allah dalam dirimu, sambil kuusap mukaku dengan kedua tanganku, ketika Ibu itu berbisik kepadaku seperti ini : "Wah, enaknya ya, kalau Fathur sih tidak perlu disuruh, disogok untuk makan atau tampil ke depan ya!".

Acara makan kue pun sudah selesai, dilanjutkan dengan acara door prize, di mana setiap anak yang maju ke depan untuk mempersembahkan kreativitas seninya akan diberi apresiasi berupa bungkusan kado dari Kaliel.

"Yeiyy...!!! Aku dapat celengan..." jerit seorang anak dari seberangku, ooo rupanya ia mendapat door prize, sempat kulihat tadi ia bernyanyi Tik-tik Bunyi Hujan. Namanya Fathi.
Disusul Nathan, anak pertama berusia 7 tahun yang sedikit kesal karena celengan yang didapatnya berwarna merah jambu khas perempuan. Mungkin memang orangtua Kaliel sengaja mempersiapkan dua door prize utama untuk masing-masing laki-laki dan perempuan. Tak lupa kusunggingkan senyumku kepada buah hati tersayangku yang juga memeluk sebuah paper bag mungil berwarna merah cabai.
Sambil mengisyaratkan dua tangan terbuka ke atas dengan body language-ku berupa angkat kepala dengan alis terangkat, ia pun sudah menangkap makna bahwa aku bertanya apa isi di dalamnya.

"Mmmm...coklat..." ujarnya sambil mengernyitkan alis dan raut wajah merunduk bingung. Aha, aku tahu pasti ia sedang tidak yakin dengan jawabannya itu. Perlahan sambil mengucap permisi, aku menghampiri anakku.
"Ooo ini sabun, Bang. Sabun mandi" kataku sembari mengintip ke dalam paper bag.
"Iihh, bukan bunda...ini coklat", balasnya sambil kuikuti dengan cengiran dan mengacak rambut tipisnya yang kecoklatan.

Lucu saja, betapa sebuah benda dapat terlihat berbeda dalam pandangan orang. Perspektif, antara orang dewasa dengan seorang anak kecil.
Di mana Aliku melihat sabun dari Oriflame itu sebagai sebuah bongkahan coklat, seperti coklat-coklat impor yang biasa ia dapatkan dari beberapa temanku. Olala, bahkan dalam tiga detik mataku melihat pun sudah dapat memastikannya bahwa itu bukan coklat.

"Sini deh Nak, coba kamu cium baunya. Pastinya harum strawberry", karena memang itu berwarna kemerahan.
"Iihh, bundaaa..." akhirnya ia mengakui dan tertawa ringan.

Satu hal lagi yang membuatku bersyukur, karena di setiap kesempatan apapun, ia selalu mencoba untuk berbuat. Dan hasilnya ya tadi itu, dia mendapat doorprize bersama kedua teman lainnya.

Masih sembari duduk di sebelah Ali, aku mendengar celotehan MC di depan yang sungguh riang menghibur kami dengan joke-joke nya. Sambil tersenyum membayangkan diri yang biasa tampil di sana, eh sekarang duduk manis menjadi audience. Ya...sungguh menyenangkan menghadiri acara seperti ini, di mana aku bisa melihat tingkah lucu anak-anak kecil, sambil ngobrol dengan para orang tua yang jauh lebih berpengalaman. Lain hal kalau aku mengikuti kegiatan Parenting Class, anakku itu tidak pernah kuikut sertakan, karena nantinya aku malah sibuk mengawasi dia, karena Ali memang benar-benar seorang explorer sejati.

Wah, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 17.30, sudah waktunya acara ditutup dan anak-anak pun sudah ramai berbaris rapi untuk mendapatkan paper bag berisi snack. Aku pun berpamitan dengan semua orangtua sambil bertukar nomor kontak untuk membuat janji pertemuan berikutnya, entah itu Parenting Class ataupun undangan serupa, dan tak lupa aku mengajak mereka juga untuk bergabung dalam grup pengajianku di setiap Sabtu sore.

Kuraih tangan kanan anakku sambil kami berpamitan kepada Eyang Putri dan Eyang Kakung di sana. Sambil mengobrol ringan, kulihat rambut Ali kembali diacak, dan ia pun menerima sebuah bingkisan lagi, namun kali ini untuk Mbah Kakungnya di rumah.
Aaaahhh, akhirnya selesai sudah serangkaian acara tadi, dan selama perjalanan, seperti biasa, aku dihujam oleh banyak sekali pertanyaan dari bibir mungilnya. Mengenai acara yang barusan dihadirinya. Padahal ini sudah yang kesekian kalinya, tapi tetap saja tak bosan ia bertanya.

Masih seperti ini :
Ali bertanya, "Bunda, kalau ade ulang tahunnya kapan?", dan akupun menjawab santai : "Sebentar lagi, Sayang...besok hari Senin tanggal 18"
"Asikk...kita potong kue dan tiup lilin!!!", "Oh tidak Nak, besok kan bunda kerja dan Ali sekolah, sore juga mengaji" aku sedikit ragu membri jawaban itu. Khawatir membuatnya sedih. Karena memang biasanya, dari usia pertamanya, aku dan keluarga selalu memberikan apresiasi kepadanya, atas kehadirannya di tengah-tengah kami.

Masih jelas terekam dalam memoriku, lima tahun lalu, saat kue sudah terpajang indah dengan sebuah lilin kecil di tengah, Ali kecil yang saat itu sudah mantap merambat dengan sesekali melangkah namun masih dengan terjatuh, segera berjalan dengan mantap menghampiri kue, dan.... Huuuppp...!!! Dia menabrak meja. Tapi, wow!!! Dia berhasil berjalan dari tembok menuju meja tanpa terjatuh!!! Orangtua mana yang tak bahagia mendapat anugerah bertubi-tubi seperti itu. Di saat mensyukuri  anaknya yang genap setahun, di saat itu pula menyaksikan tumbuh kembang anaknya yang semakin sempurna. Syukurku yaa Allah.

Kemudian yang terakhir di usianya yang keempat, aku menyewa Raffles Hills sebagai tempat refreshing sekaligus syukuran di sana, di mana Aliku sudah jauh lebih sempurna dari sebelumnya. Ia yang menyanyikan kami lagu dengan berbahasa Inggris, juga menari penuh gaya untuk menghibur kami. Ah...sungguh luar biasa arti dia dalam hidupku.

Kali ini di usianya yang kelima, dengan semua kemampuan diri yang dimilikinya, ia kembali meneruskan pertanyaannya tadi :
"Ya Bunda, ade ngga ulang tahun dong?" raut mukanya sedikit sedih, lalu kurangkul dan kuangkat ia sehingga bahunya sejajar dengan bahuku, "Tetap ulang tahun, Sayang...."  kujawab langsung dengan tatapan dan kecupan mesra, dan sambil berjalan aku menjelaskan betapa dia sangat berarti dalam hidupku.

Betapa do'a kami semua yang mencintainya akan selalu terarah untuknya, tidak hanya saat moment tertentu, namun dalam setiap hela nafas dan perbuatan yang aku lakukan, semata untuknya. Betapa dulu aku sempat hampir kehilangan nyawa karena nafasku sempat terputus saat melahirkannya, namun Alhamdulillaah dengan bobot 2,5 kg ia berhasil keluar dengan selamat. Itu salah satu perjuanganku untuknya, yang aku selalu ceritakan setiap ia berulang tahun, agar ia selalu mengingat ibunya, menjadikan ibunya kekasih di hatinya hingga ia dewasa kelak.

Ali pun mengangguk sambil memegang erat kedua pipiku dan berujar : "Ade sayang Bunda...", masih dalam gendonganku.

Begitulah aku menjelaskan kepada pangeran mungilku mengenai makna di balik ulang tahunnya. Karena memang sejatinya, moment ulang tahun dijadikan bahan renungan, dari mana dan untuk apa kita dilahirkan. Bukan sekedar menghabiskan waktu dan biaya besar hanya untuk sebuah perayaan minim makna, namun menjadikannya reminder atas apa yg akan dilakukan. Apakah masih sama dengan usia sebelumnya, atau berhasil jauh lebih baik sesuai target.

Sekali lagi ulang tahun, di mana seorang Ibu dengan penuh cinta sambil meregang nyawa berjuang melahirkan buah hatinya, dengan rintihan menahan sakit yang ruarrr biasa. Tanpa mereka pedulikan rasa apapun yang menjalar di tubuhnya selama sembilan bulan dan setia membawanya ke mana-mana di dalam perut.

Dengan penuh cinta pula mereka terus belajar untuk dapat memberikan dan mencontohkan yang terbaik bagi anak-anaknya, bekerja tanpa lelah demi menjamin masa depannya, serta mengabaikan segala rasa yang buruk yang menimpa demi mempersembahkan wajah yang selalu ceria yang membahagiakan anak-anaknya.

Tidak akan ada kata lelah untuk setiap peluh yang dikeluarkannya, tidak ada amarah atas segala perlakuan anak-anaknya, karena mereka yakin bahwa do'a anak sholeh adalah penolong mereka kelak di akhirat. Maka teruslah mereka para orang tua berjuang dari segala sisi untuk dapat membentuk pribadi yang sesuai dengan kriteria "sholeh".

Malam ini, tepat setahun lebih dari seperempat abad aku hidup di dunia. Terimakasih kepada Ibunda, wanita mulia yang masih merawatku hingga kini. Sejuta do'a untuk keberkahan hidupmu, semoga Allah membalas surga atas segala jasamu yang tiada terkir.

Tanpa Ayahanda aku juga tiada, terima kasih atas segala nilai dan support yang selalu kau berikan, Barokallaah, surga Allah untukmu Dad.

Terima kasih terbesar kepada Allah yang masih memberiku kepercayaan dan kesempatan, juga kebahagiaan dengan menyertakan banyak orang terbaik dalam hidupku. Hasbunallaah wa ni'mal wakiil, tiada daya upaya tanpa pertolongan-Mu, tiada kesabaran melainkan atas rahmat-Mu.

Bimbing hamba untuk selalu Engkau ridhoi,menjadi orang tua yang patut dicontoh anak-anak, dan berhasil membimbing mereka menjadi ahli surga. Karena sejak dulu Allah telah menetapkan bahwa Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Sambil kulirik ketiga handphone ku yang sudah penuh dengan ucapan do'a dan sedikit merasa tidak enak karena menolak beberapa ajakan untuk perayaan esok. Aku berbisik dalam diam : aku merindukan seseorang. Seseorang yang dua bulan lalu juga kuingat di jam ini. Semoga keberkahan selalu untuk kita semua yang senantiasa berpegang teguh dalam tali ajaran Islam. Untuk selalu mencintai dan mendo'akan sesama Muslim, kapanpun dan di manapun, karena do'a kita terhadap saudara kita tanpa sepengetahuannya akan langsung dikabulkan, dan do'a yang sama&bagi kita yang mendo'akan.

---Ngga jadi cerpen, malah jadi diary. Wow...!!!---i