Sabtu, 13 Mei 2017

Aliran Rasa Gaya Belajar Anak

Mengetahui gaya belajar Ali yg visual aja nggak cukup, saya merasa seperti diingatkan kembali untuk mendampingi Ali belajar dengan membantunya membuat mind map utk mempermudah ia belajar.

Kalau adiknya, Arsya yg masih 2 tahun sih masih harus sering2 diperhatikan, selain menstimulusnya dgn semua gaya belajar. Meskipun sejauh ini dia terlihat senang belajar dengan melihat gambar dibuku, tapi juga senang dinyanyikan dan pandai meniru. Dia juga aktif bergerak kesana kemari dan pandai menirukan aktivitas kami seperti menyapu, bahkan dia rajin sekali membantu memasukkan dan mengeluarkan cucian ke/dari mesin cuci.

Ah, anak2 sesungguhnya adalah guru kecil kita yg senantiasa menggerakkan hati ini utk terus belajar dan mengamalkan ilmu yg sdh didapat 😀

#AliranRasa
#KuliahBunSay.
#GayaBelajarAnak
#InstitutIbuProfesional

Rabu, 03 Mei 2017

Anak Adalah Benih Kehidupan

🍒🍈Cemilan Rabu 🍒🍈

Materi #4 Memahami Gaya Belajar Anak

🌱 *ANAK ADALAH BENIH KEHIDUPAN*  🌱

Banyak orang tua mengeluhkan anak tidak mau mengikuti perintah atau malah melakukan hal yang dilarang. Pada prinsipnya, anak bukanlah kertas kosong yang akan pasif menerima semua perintah atau perlakukan dari lingkungan sekitar.Sebaliknya anak memiliki gambar dan warna sendiri yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Maka pendidikan seharusnya tidak menyamaratakan anak, tetapi memahami keistimewaan anak dan mengembangkannya. 

🐥 *Motivasi Eksternal & Motivasi Internal* 🐣

Penelitian yang dilakukan oleh Daniel Pink memberikan hasil bahwa dorongan dari luar berupa ganjaran dan hukuman pada anak, tidak efektif dalam mendidik anak. Apabila seorang anak diberikan iming-iming saat berhasil dengan satu tantangan, anak memang bisa lebih cepat bertindak, namun dampaknya cepat menghilang dan menimbulkan ketergantungan. Motivasi Internal berarti menumbuhkan kesadaran pada diri anak, menghargai anak sebagai benih kehidupan. Hasilnya tidak terlihat langsung, karena lebih lambat dalam membentuk perilaku. Namun motivasi internal ini memberikan dampak yang lebih lama, membangun kemandirian anak dan bisa membantu anak dalam menyelesaikan tugas yang kompleks dan butuh kreativitas. 

Anak lahir dengan kecerdasan tertentu yang butuh ditumbuhkembangkan secara optimal. Keberagaman potensi anak perlu dipahami oleh orang tua dan kemudian mendidik anak sesuai dengan potensinya tersebut. Pendidikan yang menumbuhkan meyakini bahwa anak adalah benih kehidupan. Benih yang mempunyai karakteristik tertentu, bukan kertas kosong, anak akan bergerak sendiri, mencari tahu, mengenali, memuaskan rasa ingin tahunya. 

Ibarat benih, anak lahir dengan kekuatan menggerakkan akar-akar ke dalam tanah untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Anak akan terus menerus bergerak hingga menemukan jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya.  Anak dengan komposisi kecerdasan visual akan tertarik pada hal-hal yang memuaskan kebutuhan visualnya. Demikian juga anak dengan komposisi kecerdasan lainnya. Komposisi kecerdasan ini akan mengambil peran pada gaya belajar anak. 

Apakah seseorang hanya mempunyai kecenderungan salah satu gaya belajar? Belum tentu, bisa saja ia memiliki modalitas belajar perpaduan dari ketiga ciri tersebut. Tugas kita para pendidik (orangtua/guru) adalah memberikan stimulasi dengan ketiga ciri gaya belajar dimaksud.

*Yang penting anak pernah merasakan semua gaya belajar. Secara fitrah dirinya akan belajar mengikuti "suara hati kecil" akan menggunakan gaya yang mana, atau mengkombinasikan banyak gaya bergantung badai yg dihadapi .Ikuti suara hati kecil itu biarkan dia yang bersujud membisikkan ke seluruh bumi dan diamini oleh seluruh penghuni langit. ( _Septi Peni Wulandani_)*. 🌏🌏

Sehingga ilmu itu jadi berkah. 

Sumber:
Anak Bukan Kertas Kosong, 2015, Bukik Setiawan, Panda Media

Diskusi ringan di kelas Bunda Sayang Koordinator IIP bersama Ibu Septi Peni Wulandani, Founder Institut Ibu Profesional


Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional/

Rabu, 26 April 2017

Memahami Gaya Belajar Anak, Mendampingi Dengan Benar

Baru sempet nih nulis materi2 Bunda Sayang. Langsung ke Materi-4 kemarin tanggal 17 April 2017. Ndak apa ya...hehe yg sebelumnya InsyaAlloh segera menyusul 😀

Cekidooottt... 👇

Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.

 Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar.

 Sehingga  anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”.

Jaman berubah, dan terus akan berubah. Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan.

Dari sisi orangtua/pendidik:

*Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar dengan cara mereka BISA belajar*

Dari sisi anak/siswa:

*Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA yang BERBEDA*

Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak ( Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik ( Teaching Styles ) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak ( Working Styles ).

Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20, yang didefinisikan Alvin Toffler sbb :

*Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu  yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembali belajar*

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar.


 Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :

a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak ( Intellectual Curiosity)

b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya ( Creative Imagination)

c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of Discovery and Invention)

d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak ( Noble Attitude)

Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar. Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah? Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita /selama di sekolah? Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar *Aha! Moment*( teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar?

 Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?



Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik.


Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.

Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak  melalui indra yang kita miliki.

Tiga macam modalitas belajar anak:

☘Auditory  : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.

☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait.
           

Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.


📌GAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.


📌 Ciri-ciri gaya belajar visual :

🌷Bicara agak cepat

🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan

🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan

🌷Pembaca cepat dan tekun

🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

🌷Lebih suka musik

🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

📝Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

📝Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

📝Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.


📌GAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.

Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya.

Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

         
📌Ciri-ciri gaya belajar auditori :

🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri

🌷Penampilan rapi

🌷Mudah terganggu oleh keributan

🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

🌷Biasanya ia pembicara yang fasih

🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

🌷Berbicara dalam irama yang terpola

🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara


📌 Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.


📌  GAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan


📌  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

🌷Berbicara perlahan

🌷Penampilan rapi

🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek

🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

🌷Menyukai permainan yang menyibukkan

🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.


📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

📝Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.


📝 Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik


Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri. Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita.


 Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.



Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini. Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja.

Nah, mommies...kira2 Ananda termasuk anak dengan gaya belajar yang mana nih? Selamat mengamati ya....😊👍


Salam Ibu Profesional.

#KelasBundaSayang
#MateriKe4
#MemahamiGayaBelajarAnak


📚Sumber Bacaan:

_Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009_

_Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014_

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016_

Mendidik Fitrah Keimanan


Fitrah adalah Islamic Concept of Human Nature (konsep Islam ttg Asal Mula Kejadian Manusia). Sejak lahir manusia telah membawa pokok kebaikan (innate goodness) yang sangat cukup untuk menjalani peran peradaban spesifiknya dalam rangka mencapai maksud penciptaan untuk Beribadah (Hamba Allah) dan untuk menjadi Khalifah Allah di muka bumi.

Diantara aspek fitrah adalah kecenderungan manusia untuk beriman atau bertuhan, yang disebut fitrah keimanan. Fitrah keimanan bahkan telah diinstal sejak di alam rahiem (QS 7:172) dalam bentuk persaksian Allah sebagai Robb (kholiqon-pencipta, roziqon-pemberi rezqi, malikan-pemilik/pemelihara dstnya).

Instalasi persaksian ini kemudian muncul dalam kenyataan bahwa tiap bayi lahir menangis. Para ulama mengatakan bahwa bayi menangis karena "seeking Allah" atau mencari Allah, dalam hal ini adalah Robb. Itulah mengapa menyusui diwajibkan karena sebagai bentuk penguatan dan perawatan syahadah Rubbubiyatullah. Dalam pemberian ASI, sang bayi merasakan adanya Zat yang memberi rizqi, melindungi, merawat, menyayangi dstnya.

Perihal syahadah Rubbubiyatullah ini juga nampak pada perihidup bangsa bangsa, bahwa tiada satu sukupun di muka bumi yang tidak ada tempat untuk sujud kepada Tuhan.

Atheisme sendiri baru dikenal manusia pada Abad 18an sebagai bentuk penolakan terhadap penindasan Raja Diktator dan Gereja. AlQuran bahkan menyebut bahwa Kafir Quraisy sekalipun mengakui Tauhid Rubbubiyatullah. "Jika ditanyakan kpd mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka menjawab Allah".

Karenanya dalam hadits ttg Fitrah, dikatakan bahwa "setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi" , namun dalam hadits ini tidak dikatakan merubahnya menjadi Muslim. Mengapa? Karena setiap bayi sudah lahir dalam keadaan Islam.

Lalu bagaimana Mendidik Fitrah Keimanan?

Mendidik fitrah keimanan, tentu bertahap sesuai tahapan usia.

Usia 0-2 tahun. Ini tahap penguatan fitrah keimanan dengan memberikan ASI secara eksklusif, menghadirkan hati, perhatian, sentuhan, pandangan dsbnya ketika menyusui. Inilah tahap penguatan awal Tauhid Rubbubiyatullah.

Usia 3-6 tahun.

Ini tahap merawat fitrah keimanan dengan membangun imaji imaji keindahan ttg Allah, ttg Rasulullah SAW, ttg Islam dan kebaikan lainnya sehingga melahirkan kesan dan cinta yang mendalam. Cinta sebelum Islam, Iman sebelum Amal.

Dilarang merusak imaji imaji anak di usia ini ttg indahnya alHaq. Para ulama meminta untuk menunda menceritakan ttg neraka, perang akhir zaman, Dajjal, qiyamat dstnya, sampai benar benar fitrahnya kuat di usia 7 tahun ke atas.

Dilarang mendidik adab dengan memaksa, menyakitkan hatinya, dstnya, agar tidak malah membenci adab. Namun upayakanlah adab berkesan indah. Jadi tahap ini sepenuhnya full cinta namun tidak memperturutkan yang tidak baik.

Ceritakanlah hal hal indah yang membuat ananda sangat tergugah, berkesan mendalam dan antusias pada kebenaran. Suasanakanlah keshalihan dalam setiap momen dan kesempatan tanpa terasa dan formal.

Ini tahap emas untuk mengenalkan Allah, Rasulullah SAW dan kebaikan kebaikan Islam. Anak sedang pada puncak imaji dan abstraksinya, alam bawah sadarnya masih terbuka lebar, maka mengenalkan apapun ttg kebaikan apalagi dengan cara berkesan akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan menguatkan fitrahnya. Penting mengkontekskan semua peristiwa baik dengan Allah dalam setiap kesempatan.

Teladankan kebaikan tanpa pasang target untuk segera diikuti. Hindari semua bentuk formal dan penerapan disiplin yang membuatnya jadi membenci kebaikan itu sendiri. Ingat bahwa sholat baru diperintah saat usia 7 tahun, jadi di bawah 7 tahun sholat diimajikan indah bukan dipaksa tertib gerakan, tertib bacaan, tertib waktu. Misalnya penting setiap azan berkumandang, wajah bunda menjadi sumringah dan tersenyum seindah mungkin, bahkan memeluk dan mengucapkan kata kata indah di telinga ananda.

Dahulukan amar ma'ruf daripada nahi munkar. Misalnya jika ananda naik ke atas meja, katakan saja "nak meja untuk makan, kaki untuk ke masjid atau ke taman" daripada panik dan menyebut keburukan.

Diharapkan pada fase ini anak sudah antusias mengenal dan menyebut nama Allah di usia 3 tahun. Nanti di usia 7 tahun, diharapkan ketika kita mengatakan, "nak, sholat itu diperintah oleh Allah lho..." maka ananda menerima perintah Sholat dengan suka cita".

Usia 0-6 tahun adalah masa emas bagi mendidik fitrah keimanan, dengan menguatkan konsep Allah sbg Robb, melalui imaji imaji indah yang melahirkan kecintaan kpd Allah, Rasulullah SAW, Islam. Metodenya adalah keteladanan dan suasana keshalihan yang berkesan mendalam.

Usia 7-10 tahun.

Ini adalah tahap menumbuhkan dan menyadarkan Tauhid Mulkiyatullah. Pada tahap ini ananda sedang sangat kritis (fitrah belajar dan bernalar pada puncaknya), mereka juga mulai bergeser dari ego sentris ke sosio sentris, mereka mulai memahami adanya keteraturan di alam dan di kehidupan.

Inilah tahap yang tepat untuk menumbuhkan dan menyadarkan bhw Allahlah Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pembuat Hukum, Zat Yang harus ditaaati. Fitrah keimanannya ditumbuhkan dengan membaca alam dan mentadaburi keteraturan ciptaan Allah di alam semesta.

Fitrah keimanan tumbuh baik dengan menginteraksikannya pada kenyataan adanya keteraturan yang indah dan sempurna alam semesta. Keimanannnya mulai berbunga menjadi keinginan kuat memahami keteraturan itu dan mencintai Sang Maha Pengaturnya. Keimanan tidak bisa lagi lewat kisah kisah menjelang tidur, namun harus dialami langsung dengan interaksi di alam.

Usia 11-14 tahun.

Ini tahap mendidik fitrah keimanan untuk Tauhid Uluhiyatullah. Metodenya adalah mengokohkan fitrah keimanan melalui ujian ujian kehidupan sehingga mennjadi kebutuhan. Iman itu perlu diuji bukan lagi dikisahkan atau diinteraksikan, tetapi melalui beban beban kehidupan dalam batas kesanggupannya. Ingat bahwa fitrah keimanan bukan bicara seberapa banyak ilmu agama yang direkam di benak, namun bicara seberapa banyak anak mengokohkan keimananannya melalui cinta yang mendalam pada alHaq.

Pada tahap ini, memberikan anak kesempatan untuk merantau yang tidak terlalu jauh, berbisnis kecil kecilan, memberi investasi, memagangkan pada maestro, melibatkan pada aktifitas dakwah dll. Maka kita akan lihat, bagaimana fitrah keimanannya diuji dalam kehidupan.

Rasulullah SAW memulai magang berdagang bersama pamannya dan merantau ke Syams sejak usia 11-12 tahun. Maka kita lihat Rasulullah SAW piawai di dakwah dan piawai di pasar.

Dalam ujian ujian kehidupan itu mereka akan menyadari butuhnya sholat malam, butuhnya panduan alQuran dan alHadits, butuhnya memperbaiki misi hidup sesuai yang Allah kehendaki dstnya.

> 15 tahun. Peran Peradaban atas Tumbuhnya Fitrah Keimanan

Fitrah Keimanan yang tumbuh paripurna akan berujung kepada peran peradaban berupa ghairah dan antusias Menyeru Kepada Tauhidullah. Inilah adab tertinggi kepada Allah sebagaimana yang ditugaskan kepada para Nabiyullah Alaihimusalaam sepanjang sejarah.

Salam Pendidikan Peradaban

By. Ustadz Harry Santosa

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahKeimanan
#HomeEducation

Fitrah Belajar

Bismillaah...dapat Cemilan Rabu nih tentang Fitrah Belajar Anak 😁

"Anakku malas belajar"
Pernah dapat keluhan ini dari teman-teman sejawat?, atau dari tetangga?Saudara? atau kita sendirilah yang mengeluhkan hal ini. 

Benarkah anak-anak kita malas belajar?. Atau jangan-jangan kitalah yang terlalu mengkotak-kotakkan pengertian belajar, sehingga menjadi "duduk diam di meja belajar sambil baca buku atau menulis/menyalin". 

Fitrahnya setiap anak adalah pembelajar sejati, bagaimana tidak?. 
Setiap bayi yang lahir adalah pembelajar tangguh, bayi tidak memutuskan merangkak seumur hidupnya, namun ia menuntaskan belajar berjalan dengan gigih, sampai bisa berlari dan melompat. Setiap bayi yang dilahirkan adalah penjelajah yang penuh rasa ingin tahu (discoverer, curiousity)setiap sudut rumah jadi targetnya. Setiap bayi yang lahir juga penuh dengan daya imajinasi kreatif. Lihat saja, di tangan kanak-kanak kita, sangkutan baju jadi pesawat, kursi jadi kuda pacu, awan dicat berwarna ungu, matahari berubah pink (merah muda) dan lain sebagainya. Tugas kita hanya memberi kesempatan, ruang yang aman dan semangat.

 Lalu mengapa bisa berubah menjadi enggan atau malas belajar?. Jangan-jangan kitalah yang telah mengubur dan menyimpangkan fitrah belajarnya.

Apa saja yang bisa mencerabut fitrah belajar anak-anak kita?

1. pendidik (orangtua/guru) yang terlalu menyetir proses belajar anak, sehingga daya kreatif anak lumpuh.

2. pendidik yang terlalu banyak menyarikan materi, anak-anak tidak berkesempatan memaknai dan menemukan asosiasi antara ide-ide, sehingga daya pikirnya tidak terlatih

3. Buku teks yang digunakan tak mengandung ide-ide menggugah

4. Dipakainya kompetisi dan rasa takut sebagai pelecut belajar, sehingga anak-anak bukan belajar karena "rasa ingin tahunya".

*Kita tidak bisa memastikan buku mana yang akan menggetarkan jiwa seorang anak; lukisan atau komposisi mana yang akan memantik apresiasi seninya; kunjungan ke tempat historis mana yang akan membangkitkan kesadaran sejarahnya. Setiap anak akan memberi respon secara berbeda-beda sesuai keunikan minat dan kepribadian mereka. Yang bisa kita lakukan adalah membuka akses selebar-lebarnya untuk mereka pada seberagam mungkin ide yang berharga (Charlotte Mason)*

Banyak orang mengira, kemampuan manusia yang utama dalam belajar adalah adaptasi, padahal semua binatang dan tumbuhanpun, Allah ciptakan mampu beradaptasi. Demikian juga, jika kita menganggap kemampuan utama manusia itu adalah kompetisi, karena sesungguhnya hewan dan jin pun berkompetisi.

*Ketahuilah bahwa kemampuan manusia yang utama adalah mengelola, mengklasifikasi, menginovasi dan mewariskan pengetahuan sebagai produk dari potensi fitrah belajarnya.* Seribu kera bisa dilatih memancing ikan, namun tidak satupun dari mereka mampu menciptakan kail dan mewariskan pada anak-anaknya. 

Sesungguhnya setiap anak yang lahir telah memiliki potensi fitrah belajar. Para orang tua/pendidik tidak perlu panik menggegas kemampuan belajar anak-anaknya. Anak-anak hanya memerlukan sebuah ruang terbuka di alam dan hati orangtuanya yang terbuka bagi imajinasi kreatifnya, bagi curiousity-nya, bagi ketuntasan eksplorasi belajarnya, bagi penjelajahan dan petualangan belajarnya, bagi kesempatan untuk semakin menjadi dirinya. 

Nah...jadi gak perlu buru2 ya masukin anak ke baby class dengan dalih biar cepet pinter dan mampu bersosialisasi. Justru yg lebih bagus adalah membiarkan batita bermain dengan alam dan mengeksplor semua sudut rumah. Tembok dan lantai kotor??? Siapa takuuuuuutttttt..... 😛

sumber bacaan:
Fitrah based Education, 2016, Harry Santosa, Yayasan Cahaya Mutiara Timur.
💾💾💾💾💾💾💾💾💾💾

Kamis, 20 April 2017

Serunya Mengamati Gaya Belajar Anak

Yeayy...kelas Bunda Sayang memasuki materi baru, kali ini game level 4 kita diajak utk mengamati gaya belajar anak. Apakah dominan di visual, audio, atau kinestetik. Bisa juga kombinasi.

Abang Ali sih sudah keliatan, dominan di visual dan kinestetik. Nah malam ini saya mendampingi Ali belajar Matematika tentang bangun ruang, Ali lebih senang belajar dengan menggambar. Dengan melihat gambar, dia akan lebih mudah embedakan antara limas dan prisma.

Sabtu, 15 April 2017

Aliran Rasa Family Project

Biasanya nih, dulu2 nya sebelum dapat materi Family Project... saya seringnya hanya mengamati anak2 beraktivitas saja sambil mengambil dokumentasi. Tapi sekarang saya sudah dapat ilmunya bahwa orangtua mesti terlibat juga didalamnya. 

Selain itu, saya jadi lebih faham ttg fampro yaitu rumusnya : Aktivitas + Manajemen dan Organisasi 
. Jadi fampro bukan sekadar aktivitas biasa, melainkan ada sesuatu yg ingin dituju, dengan manajemen dan cara berorganisasi. 

Amati, Terlibat, Tuliskan. Begitu kata Ibunda Guru Septi, hehehe...

Dengan terlibat fampro kita bisa lebih dekat mengamati tumbang anak sekaligus mempraktekkan komunikasi produktif dan cara menyelesaikan masalah. Ini yang sangat perlu dilatih kpd anak2 saya.

Soal suami yg masih jarang2 terlibat krn kesibukannya (yakali ngalahin sibuknya pejabat 😅), kata Bu Septi mah gak apa2...gak usah pusing krn bisa menyedot energi kita dan berdampak tidak baik ke anak2. Selama suami tidak menghambat jalannya fampro, itu sudah Baik. Jika suami mau terlibat, nah..itu Lebih Baik. 

Kedepannya, perlu 2 kunci utk membesarkan fampro yaitu : Konsisten dan Komunikasi. Semoga fampro nya Star Family kedepannya bisa memberi manfaat kepada pihak diluar keluarga inti, aamiin...

Sabtu, 08 April 2017

Seru-seruan Pasang Wallsticker part.2

Kali ini pasang wallsticker utk dapur, awal ceritanya krn saya tidak suka dgn warna keramiknya yg biru. Sebelumnya sudah disepakati motif bata putih, beli di shopee 2 gulung ukuran @45 cm x 10 meter.

Ali ikutan pasang wallsticker dengan cekatan mengikuti instruksi saya. Disini Ali kelihatan pandai menyelesaikan masalah ketika saya kebingungan harus memindahkan rak piring yang sangat berat krn penuh isinya. Dia menyarankan tidak menurunkan dari meja dapur krn repot bolak ba lik bereskan isinya, tetapi dia rela memeganginya dgn posisi 1/4 bagian rak diluar meja (berat sekali pastinya 😅)

So far Ali sudah baik mengikuti arahan saya yg sebagai pimpro pada projek kali ini. Masih ada 1 projek lagi tentang wallsticker yaitu menghias kamar tidurnya sendiri, ah...dia sudah tak sabar 😁

Cat : papinya kali ini tidak ikutan krn sedang tidak enak badan 😣. Selesainya dia tak lupa kasih apresiasi ke Ali .

Kamis, 06 April 2017

Seru-an Pasang Wallsticker

Ceritanya belakangan Arsya lagi malas mandi, nggak tau tuh kenapa 😅

Saya kepikiran utk menghias kamarmandi sekaligus dijadikan projek. Jadilah kami pilih-pilih wallsticker di Instagram utk dipasang dikamar mandi.

Kenapa wallsticker, bukan wallpaper saja yg lebih bagus? Iya benar kualitas wallpaper lebih baik, tetapi itu harus dipasang oleh tukang. Kalau wallsticker kan bisa kita pasang rame-rame sekeluarga hehe.

Belinya di akun Instagram @dna_wallpaper seharga 25.000 saya pesan 3 gulung dapat diskon jadi 24.000/pc. Ongkos kirim pun murah hanya kena 1kg saja, 9.000.

Gak pake babibu, paket datang sore, ba'da maghrib kami langsung eksekusi. Sempat kesel nih sama papinya yg gak membolehkan anak-anak ikutan pasang, padahal sudah dibicarakan sebelumnya kalau ini projek kita bersama. Hehe

Ya begitulah dikeluarga ini, papinya masih belum sangat sadar melakukan projek bersama, cenderung melakukan aktivitas sendiri2. Padahal sudah sepakat kalau akan mendukung proses pembelajaran anak-anak dan melekatkan bonding antar kami melalui projek keluarga 😅

Jadilah saya berdua suami yg sibuk menempek wallsticker dikamar mandi. Asli, pake ribut2 segala perkara berbeda gaya menempel haha. Makkum kami sama2 anak pertama yg katanya keras kepala wkwk...

Tapi hasilnya lumayan...dan efeknya luar biasa ke anak kedua kami. Alhamdulillaah Arsya semangat lagi mandi jam 6 pagi dan mandi sore juga tanpa harus berantem dulu hehe malahan dia selalu nagih main air ke kamar mandi sambil lihat2 dan bercengkrama dgn ikan-ikannya hehe.

Abang Ali juga turut mensukseskan acara oasang wallsticker, dia sibuk menjaga adiknya yg sedang aktif2nya...wahh bayangkan jika Ali ngambek gara2 gak boleh ikut bantu menempel, dan gak mau jaga adiknya? Bakalan gatot deh hehehe

alhamdulillaah meski tak semua anggota keluarga turut menempel, tapi kami belajar menjadi sebuah tim yang solid. Semua saling mendukung demi tujuan yg sama : kamar mandi lebih cantik dan Arsya semangat kembali utk mandi hehe



Selasa, 04 April 2017

Hujan-hujan Tetap Jalan

Ah, maafkan ya jika game kali ini saya terpaksa merapel tugas :)

Ini project sederhana kami di wiken kemarin, Sabtu 1 April 2017. Ceritanya papi sedang tidak enak badan, diluar pun hujan terus. Kebetulan saya pun tidak masak hehe jadilah Sabtu malam kemarin kami mencari makan malam diluar. Kali ini kami sepakat untuk pergi keluar yang berbeda dari sebelumnya. Yap, kami keluar rumah berempat tidak dengan naik mobil atau motor, tapi jalan kaki dengan 2 payung hihihi...

Alhamdulillaah anak-anak senang, meskipun jalan berhati-hati tapi tetap saja ada satu kendaraan lewat yg melaju kencang sehingga mencipratkan air kubangan ke arah kami. Tak apa, kami pun tertawa-tawa haha..

Aanak-anak bebas memilih yang ada disitu, antara sate atau nasigoreng. Tapi sayangya sate ayam sudah habis, jadilah saya pesan lontongnya saja plus bumbu kacang pedas T_T. Ali melihat ada penjual martabak, saya yang mengerti keinginannya menawarkan dia membeli martabak. Kebetulan malam itu Ali menjabat sebagai bendahara, jadi dia langsung saja menuju gerobak martabak tanpa minta uang lagi ke saya karena uang sudah saya berikan di rumah tadi.

Ali hampir saja meluncur tanpa mengambil payungnya, dia bilang ribet. Duh, Ali.... saya bilang pelan-pelan kalau membuka payung itu mudah, tidak sesulit yg dia bilang (memang payung nya agak macet jadi selama ini dia malas membuka payung sendiri hehe). Sempat ribut kecil tapi akhirnya dia menuruti.

Disini Ali belajar menaklukkan keraguan dirinya dan belajar menyayangi dirinya supaya tidak kehujanan.

Ada anak keicl bernama Faruq yg ikut dengan bapak ibunya berjualan nasigoreng. Saya menjelaskan kepada Ali juga betapa mulianya orangtua mereka yg mau bekerja malam-malam dan membawa serta anak mereka meski masih balita.

Kami sering sih

Senin, 03 April 2017

Sehari Menjadi Raja Ali

Cerita2 di negeri dongeng, katanya titah Raja adalah sabda yg wajib dilaksanakan, tidak boleh ditolak hehe. Nah kali ini kami ingin menjadikan Abang Ali Raja Sehari. Maksudnyaaaa???

Hehe...jadi begini, Ali sesang masa2 pemulihan pasca operasi pasang pen di siku kirinya. Dan dia harus rajin melakukan fisioterapi 3x seminggu. Rumah kami sekarang di Tambun, sementara fisioterapi di RS Hermina Jatinegara, Jaktim. Belum lagi jadwal sekolahnya masuk siang, bentrok dgn jadwal dokternya. Anaknya sih enjoy2 aja tapi saya dan papinya seringkali ribut, sulit mengatur waktu supaya dapat semuannya, juga krn kelelahan jd sering marah2 bahkan keceplosan juga memarahi anak, hiks..

Namun belakangan saya menyadari bahwa Bahagia juga menjadi faktor penunjang bagi percepatan kesembuhan Ali. Kalau biasanya hanya sekedar jalan ke RS, kali ini saya dan suami sepakat utk menjadikan project. Sehari Menjadi Raja Ali, bebas menentukan mau naik apa berangkat ke RS dan melakukan apa selama diperjalanan dan di RS. Juga tanpa boleh diasakiti hatinya apalagi diomeli.

Abang Ali menjadi Raja sekaligus Pimpro, bebas menentukan apa saja. Dia bilang mau naik kereta, jadilah kami bertiga saya Ali dan Arsya naik ojek online dr rumah menuju stasiun Bekasi. Kemudian naik kereta menuju Jatinegara dan melanjutkan ojek online lagi ke Hermina. Ali senang sekali menunggu di peron, sekaligus belajar menunggu diperon tidak boleh melewati garis pembatas. Dia sempat mengabaikan oesan saya dan akhirnya kaget bukan kepalang melihat betapa cepatnya kereta yg lewat.

Didalam kereta pun sibuk membaca iklan dan memperhatikan orang2 seperti cleaning service di kereta. Ali belajar banyak tentang tiketing dsb. Adiknya juga senang melihat jendela demi oemandangan kereta yg lewat.

Jujur saya agak kerepotan bawa 2 bocah naik kereta plus tas yg saya gendong. Tapi demi Ali yg berbahagia hari ini..saya tidak membebaninya dg pekerjaan apapun seperti biasanya membawa tas atau menggandeng adik.

Di RS pun dia byk bertanya ini itu dan saya harus sabar manjelaskannya. Kemarin2 kadang saya kecapaian dan saya kesal jika terus2an ditanya hehe Astaghfirullooh... Saya yg sering meminta Ali menjaga adik saat bermain di RS, kemarin saya handle sendiri. Membiarkan Ali puas bermain sendiri. Ali suka jalan2 dikoridor memperhatikan dokter dan staf RS juga naik turun tangga dan lift. Biarkan saja...hehe kan Raja Ali 😁

Setelah fisioterapi kami kontrol ke dokter bedah ortopedinya utk dilepas jahitan. Dokter Ricky bilang hasil rontgen bagus, kemajuan sikunya juga baik. Sekitar 10° derajat lagi, katanya. Dan dokter mengatakan puas dg hasilnya. Alhamdulillaah

Pulang dijemput papi malam hari, meski jalan super macet tp saya minta suami tetap bersabar menghadapi celotehan anak2 selama perjalanan. Ali cerita ttg terapisnya yg baik hati, dia antusias bercerita dan kami khusyuk mendengarkan.

Sampai saat ini Alhamdulillah kondisi hatinya sepertinya sih sangat baik. Dia lebih semangat juga latihan dirumah, dan terlihat ceria. Belajar pun lebih semangat krn dia merasa dispesialkan 😊


Jumat, 31 Maret 2017

#Day7
#FamilyProject
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional


Menu Sarapan Serba Pisang by. Chef Ali

Sarapan nasi goreng, nasi uduk, atau lontong sayur, sudah biasa... 😀

Kali ini Abang Ali ingin beraksi menjadi chef hehe. Pisang diperoleh dari saudara di Ciputat, saya bertanya ke Ali mau diapakan pisangnya, dia bilang mau bikin pisang bakar. Yasudah kami berdua eksekusi...bertiga sih, tp Arsya hanya membuat ramai saja ihihihi . Menunya pisang goreng dan pisang bakar utk sarapan pagi.

Abang Ali bagian Purchasing dan Operasional, saya bagian Quality Control hehe. Dimulai dari membeli tepung terigu, mesis, margarin, mesis dan keju diwarung sebelah rumah, kalau gula dan tepung beras ada dirumah. Abang Ali meskipun anak laki2 dia suka sekali bereksperimen didapur. Saya mengajari takaran2 tepung dan cara menggunakan alat pemanggang pisang, Alhamdulillah dia dapat mengoperasikannya dg lancar. Disebelahnya saya membalik2an pisang goreng, katanya takut kecipratan minyak. Baiklaaaaah 😀

Dari kegiatan pagi itu saya mengkonfirmasi beberapa hal, yaitu Ali meski laki2 tapi tidak segan turun ke dapur (sebelumnya juga sudah tersmpil membuat dadar telur dan nasi goreng loh). Rasa ingin tahunya sangat kuat, bertanya perbedaan tepung terigu dan tepung beras, juga dapat membedakan antara keju kraft dg procis, katanya lebih enak pakai procis, tidak lembek. Hehe

Bravo...Abang Ali...papinya semangat bgd makan pisang buatan Chef Ali 😊

Emak pun senang kl melihat Ali senyum puas ditemani saya melakukan ini itu, terserah apa saja yg sedang ingin dia lakukan. Tugas saya sbg ibunya kan menjadi fasilitator 😀

Kamis, 30 Maret 2017

#Day6
#FamilyProject
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional


Open House Star House

Rumah baru, lingkungan baru. Otomatis anak2 juga mendapat teman2 baru. Alhamdulillaah Ali dan Arsya mudah bergaul dan membaur, namun dirasa masih tetap perlu berkegiatan bersama untuk mempererat hubungan pertemanan.

Diingat2 ketika Matrikulasi, ada materi Be-Do-Have. Saya dan anak2 suka sekali membaca dan alhamdulillaah punya banyak koleksi buku2 bacaan anak dan umum. Salah satu impiannya adl memiliki taman baca utk berbagi ilmu dan kebahagiaan dg sesama.

Alhamdulillaah impian tsb terwujud. Sebelumnya saya dan anak2 merapikan rak buku dan mainan sesuai klasifikasinya. Sore hari kami ajak anak2 tetangga bermain kerumah kami. Merekaasyik bermain namun utk buku masih dilirik2 saja. Mungkin belum terbiasa membaca buku, atau malu2 ingin melihat.

Saya katakan kpd anak2 saya bahwa dgn berbagi kita dapat merasakan bahagia, ketika melihat anak2 lain bermain dg mainan kita, kita pun ikut bahagia. Tidak perlu takut mainan rusak, buku2 kotor dan sebagainya. Toh insyaalloh kami dapat membelinya lagi. Belum tentu dg mereka, tg dirumahnya tidam ada buku2 bacaan anak2, atau mainan2 seperti yg kami miliki.

Visi kami menularkan virus membaca di lingkungan sekitar kami, sembari ngobrol ringan dg anak2 sambil bermain riang.

Alhamdulillaah Ali Arsya senang kedatangan banyak teman. Selesainya kami bersama2 membersihkan lantai dan membereskan mainan. Kegiatan ini juga sudah disetujui oleh papinya anak2, alhamdulillaah beliau pun ikut senang.

Melalui open house kemarin, kami juga ingin menularkan kebiasaan berbicara yg santun, yaitu menghindari kata2 "gue-elu" seperti yg mereka gunakan sehari2. Anak2 kecil itu agak kaget, mungkin menganggap kami sok bener, hehe tp semoga  pelan2 bisa menularkan bahasa2 baik seperti "aku-kamu" . Ali pun terlihat bangga bahwa apa yg mjd kebiasaannya selama ini (tidak bicara elu-gue) ternyata sangatlah terpuji.

Next : akan mengadakan kegiatan yg lebih seru spt mendongeng, panggung mini, menggambar bersama, dsb.


Minggu, 02 April 2017

Jalan-jalan ke Seaworld dan Ocean Dream Samudera Ancol

Liburaaaaaaaan mari jalan-jalan.....!!!

Sebetulnya ini hadiah ultah emak buat Arsya yg ke2. Tapi jalan-jalan kali ini sekaligus praktek Family Project. Beberapa hari sebelumnya kami rapat menentukan tujuan, akhirnya terpilihlah ke Ancol, mengalahkan Taman Legenda TMII.

Abang Ali sebagai Pimpro (pimpinan project) , saya sebagai bendahara dan konsumsi, sementara papi bagian trasportasi dan Arsya sebagai anggota hehe.

Pertama-tama kami ke Ocean Dream, sebagai bendahara saya harus memenej dana seefisien mungkin. Kebetulan ada promo ulangtahun, hari itu tepat ultah Arsya ke2, dan ada fotokopian KK dimobil. Alhamdulillaah dapat tiket buy1 get1 promo ultah. Didalam kami bersenang2 bersama, dan Ali yg menentukan wahana-wahana mana yg akan kami nikmati duluan.

Tidak seperti jalan2 kami sebelumnya dimana papi atau saya yg saklek menentukan harus kesini dan kesana, harus begini dan begitu blabla. Kali ini Ali full terlihat bahagia, sesuka hati dia mau bermain apa. Kami tinggal ikut saja komandonya hehe

Alhamdulillaah dg begitu Ali terlihat puas dan Percaga Diri sekali. Singkat cerita di malam hari papinya kecapean, akhirnya mengajak ke mall Ancol. Ali kekeuh ingin bermain dipantai, disini saya dan suami berbeda pendapat. Selama masih gerimis kecil, Ali boleh ke pantai, tapi papinya melarang takut sakit. Ali memang masih punya luka jahitan bekas operasi yg tidak boleh basah juga. Tapi saya yakinkan bahwa tidak apa2, dan Ali juga mampu mengkomunikasikan keinginannya dgn baik tanpa merajuk ke papinya.

Sebagai catatan, ada sedikit hal yg melenceng dr rencana, yaitu makanan yg kami bawa dr rumah rapi dgn wadah tupperware, yg susah payah saya masak pagi2, akhirnya hanya sekali termakan saat baru sampai Ancol. Padahal rencana dapat 2x makan bekal plus nyemil snack2 sendiri, jadi utk makan direstoran hanya 1x saja. Kami pun beli snack dan minuman didalam krn tas bekal tidak terbawa. Ini krn saya kerepotan saat membeli tiket dan harus mengawasi 2 bocah yg super aktif laro2an kesana kemari sementara sang suami sibuk mencari parkiran. Ah, lain kali anak2 biar dimobil saja ikut cari parkiran shg emak bisa fokus dg tugas2nya seperti perbekalan dan tiketing. Maklum, saya masih suka panik di saat-saat krusial hehe aplg kemarin diloket ramai sekali, krn bertepatan dg hari libur nasional.

Dokumentasi menyusul 😊

Selasa 28 Maret 2017

#Day4
#FamilyProject
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional


Putar-putar Jari, Putar-putar Otak




Idealisme setiap keluarga itu berbeda. Tidak dapat disamakan. Kami tak mau membandingkan keluarga kami dg keluarga super lain, tapi kami ingin selalu berusaha lebih baik dr waktu ke waktu.

Belakangan saya dianggap terlalu sibuk dengan handphone (kata anak-anak dan suami). Betul, mengurusi grup Foundation IIP Bekasi terkadang membuat anak-anak terabaikan. Disini tugas saya utk kembali melekatkan hati kami, mengembalikan kepercayaan anak-anak bahwa ibunya masih ada dan selalu mencintai mereka.

Saat semua pekerjaan saya sudah selesai, sambil menunggu papi pulang, saya ajak anak-anak bermain dikamar. Abang Ali minta diajarkan trik memainkan jari di hidung tanpa terplintir. Entah dia penasaran sekali dengan saya yg dianggapnya selalu bisa menjawab tantangan2 permainan dari dia. Haha yaiyalah...wong saya kecilnya lebih dulu dari dia, wajarlah banyak permainan2 atau tebak2an bahkan trik2an yg saya sudah hafal haha..

Saya beri contoh sekali tapi Alinmasih kebingungan, dia sibuk memutar otak bagaimana agar jarinya sempurna berbalik di hidung tanpa haris terplintir. Saya sih mudah saya..haha Arsya ikutan sibuk dan seru2an memainkan jarinya. Dia mah masih bayi, belum mampu putar2 otak sepertu abangnya. Ikut bermain sekedar seru2an saja hehe

Abang ali sempat menyerah karna berulang kali gagal. Saya motivasi terus, bahwa dulu kecil saya pun pernah terttantang utk mencari tahu ttg trik ini. Ini hanya trik dan permainan, gak usahlah dibawa pusing apalagu sampai baper..hehe

Kalau saya diamkan Ali bakalan mentok dan putus asa. Alhamdulillaah saya semangatu terus dan bilang bahwa Ali bisa, Ali pasti bisa!

Alhamdulillaah kami dapat tertawa2 dan anak2 pun belajar berusaha dan memecahkan masalahnya tanpa berputus asa.

Sesimple ini saja bagi kami sudah luar biasa, menumbuhkan kembali benih cinta dan kepercayaan anak-anak thdp ibunya. Tak harus selalu papinya hadir ditengah2 kami, insyaalloh kami tetap bisa teetawa2 bersama.

Maaf kendala teknis, insyaalloh dokumentasi segera diupload. Ini mengejar ketertinggalan setoran dulu ya Bu...✌


Senin, 27 Maret 2017

#Day3
#FamilyProject
#KuliahBunsayIIP
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Weekend Murah Meriah



Projek keluarga itu : Aktivitas + Manajemen, dan Organisasi. Dan terget setiap keluarga pun berbeda-beda, tidak bisa disamaratakan karena setiap keluarga itu unik. Apalagi dalam keluarga kami, family forum juga belum menjadi habit. Jadilah kami sering membuat projek dadakan, seperti semalam.

Ceritanya kemarin sore kami bersilaturrahim kerumah saudara yang kebetulan dekat dengan rumah baru kami di Villa 2.  Dan Papi juga sedang sibuk sekali dengan proyeknya, maka kemarin sore itu benar-benar harus dimanfaatkan dengan maksimal. Saya mengajak anak-anak memilih tempat bermain dekat rumah, tapi bukan mall seperti biasanya kami menghabiskan akhir pekan.

Jadilah selepas Maghrib dari bersilaturrahim, kami berjalan-jalan dengan motor ber-4 ke komplek sebelah, namanya Puri Cendana. Disana ramai sekali orang berjualan dan tempat mainan anak. Ali memilih bermain motor mini, sedangkan adiknya bermain mobil aki. Ali dan Arsya belajar sabar menunggu antrian mainan sambil memperhatikan anak-anak sebelum mereka bermain. Katanya Aki, anak kecil yg naik motor sebelumnya itu mbandel, suka ngetrill. Hehe. Sekalian lah kami ngobrol ttg adab berkendara. Tapi lucunya, giliran Ali main, dia malah iseng mencoba melawan arah. Saya tegur dia tertawa, setelah petugasnya menegur dia langsung berbalik ke arah yg benar.

Ali belajar bahwa dalam bermain pun ada adabnya, agar tidak mengganggu dan membahayakan teman-teman lainnya yg sedang bermain. Arsya lucu lagi, dia malah sibuk mendorong-dorong mobilnya yg tidak mogok, sepertinya dia butuh cara baru bermain mobilan 😂

Papinya sibuk saja dengan handphone nya, memang benar ada saja kerjaan yg diurusnya, tapi saya coba katakan bahwa malam ini waktunya menjadi hak anak-anak. Sejatinya mendampingi anak bukan saja urusan emaknya, tetapi juga bapaknya. Akhirnya maulah dia turun ke track, meskipun tidak lama sudah mengeluh capek. Haha baiklah...terimakasih 😊

Lepas bermain Papi minta dibelikan tahu crispy, kemudian berikan kode pada minta makan. Saya bilang silakan pilih makanan yg ada, asalkan tidak mahal, 50 ribu cukup utk kita ber-4. Tidak ada yg protes justru ketawa-ketawa. Haha...

Ali masih bingung mau makan apa, Papi memberi ide nasi uduk kampung (nasi uduk pinggir jalan yg dijual malam hari). Nasi uduk penyelamat, saya menyebutnya. Karena papi sering bawakan buat saya jika dia pulang kerja larut malam dan saya mengadu lapar padanya hehe...

Anak-anak baru pertama kali membeli nasi udukampung dan pertama kali juga memperhatikan orang jualan nasi uduk malam-malam. Kebetulan baru menggoreng-goreng tempe dan bakwan, si Mpok penjualnya juga baru mengaduk sambal kacang dan adonan bakwan. Ali menyimak si Mpok cerita sambil memperhatikan bagaimana usaha seseorang berjualan utk encari nafkah, meski sampai larut malam jam 2. Kalau Arsya mah sibuk mengacak alat-alat seperti japitan dll 😅

Pulang kerumah, sambil makan kami mengobrol santai. Disitulah saya praktekkan Bahasa Ibu Pengikat Makna, eaaaaaaa 😁

Bayangkan hanya dengan biaya murah, mobilan 20 ribu, nasi uduk + gorengan 15 ribu, kami sudah bisa berbahagia. Ali pun mengangguk mengiyakan bahwa utk bersenang-senang tak harus mahal.

Disini emak yg paling senang, bayangkan sebelum2nya setiap pergi weekend minimal 500 ribu saya keluarkan. Sekali makan saja minimal 200 ribu, belum anak-anak meminta mainan dan kebiasaan jelek saya belanja baju-sepatu-tas yg akhirnya jarang dipakai.

Dirumah kami bahas kembali tentang jalan-jalan tadi. Alhamdulillaah semuanya gembira, sekaligus saya pesankan ke anak-anak bahwa utk bergembira di weekend tidak perlu mengeluarkan budget banyak hehe

25 Maret 2017

#Day2
#FamilyProject
#KuliahBunsayIIP
#InstitutIbuProfesional

Kamis, 23 Maret 2017

Launching STAR HOUSE (part.1)

Bismillaah...

Berangkat dari seminar Family Strategic Planning akhir tahun lalu di BSI Square, kami sepakat membuat family branding yaitu STAR HOUSE. Filosofinya adalah, kami percaya bahwa semua yang ada didalam rumah ini adalah bintang. Setiap bintang bersinar dengan keunikannya masing-masing. Kenapa harus berbahasa Inggris? Karena Abang Ali suka sekali dengan bahasa Inggris, semoga menular kepada adik-adiknya hehehe. Saya pun juga suka, meski gak bisa-bisa amat sih 😆. Sebenarnya menyesuaikan juga dengan Core Value dalam keluarga kami, yaitu Cerdas - cerdas tidak hanya orang yg jago Matematika, boleh jadi cerdas linguistik seperti Ali 😊

Star House sebetulnya sudah lahir sejak Januari 2017, untuk logo pun sudah dipersiapkan oleh Ali, waktu itu dia jadikan projek individunya. Namun karena pindahan rumah mungkin lembaran kertasnya terselip entah dimana. Kebetulan saya sedang mendapat tantangan tentang Family Projek, jadilah kami ber-3 dirumah menggambar ulang logo Star House. 

Meski Papi sedang diluar rumah, tapi juga dilibatkan dalam meramu ide. Apakah cocok menggambar logo rumah dan bintang? Katanya iya bagus, lanjutkan. Jadilah Ali, saya dan Arsya menggambar. Yup...coret2an tidak jelas yg ada di gambar adl hasil karya Arsya haha...

Disini saya mengajak anak2 memberi penokohan kepada 4 bintang, sesuai keinginan masing2 dlm mempresentasikan dirinya. Kami beri nama Little Star untuk Arsya krn memang dia anggota paling kecil dirumah. Kemudian saya namai Superstar utk saya sendiri karena saya suka sekali jajanan wafer Superstar! Hahaha. Untuk Papi masih kosong namanya karena beliau pun masih bingung. Tangan saya gatal ingin tuliskan Dut-Star saja, karena papi bintang tergendut dirumah hahaha...tp urung saya lakukan, mengajak Ali utk menghormati sosok ayah. 

Ali menamakan dirinya Bright Star, lengkap dengan penampakan bintang yg bersinar2 (menurutnya). Katanya gini, "wuihh bintang abang yg paling keren nih bun, gak ada yg nyamain sinarnya!" Dari situ saya menjadi semakin faham karakter Ali, memang dia sangat peduli estetika, ingin terlihat rapi dan bahkan cenderung selalu ingin menjadi yg terbaik dalam banyak hal, semisal olahraga, penampilan, dan beberapa mata pelajaran di sekolah yg memang dia sukai seperti IPA dan Bahasa Inggris.

Tugas saya sebagai ibu utk selalu membuatnya mau terus belajar utk menjadi yang terbaik spt yg diinginkannya. Namun tetap utk rendah hati dan pantang sombong.

Demikian progress Launching Star House part-1, kedepannya selain ingin menyempurnakan gambar dan mewarnai, saya berdo'a agar semua bintang dirumah ini semakin merasa saling memiliki dan berusaha membuat nama Star House semakin baik dikenal orang terutama keluarga dekat 😊

#Tantangan10Hari
#Hari1
#MyFamilyMyTeam
#FamilyProject
#BundaSayang
#InstitutIbuProfesional




Jumat, 17 Maret 2017

Aliran Rasa Apresiasi Kemandirian Anak

Game Level 2 dalam perkuliahan Bunda Sayang, semakin menantang. Yaitu melatih kemandirian anak dan membuatkannya portofolio untuk masing-masing anak. Semakin menantang bagi saya karena berbarengan dengan Ali patah tulang tangan, lalu operasi. Belum lagi urusan keluarga yang sangat menguras waktu, pikiran dan tenaga.

Melatih kemandirian Arsya tidak sulit, karena Alhamdulillaah Arsya sudah saya biasakan makan sendiri, bereskan mainan, dan toilet training. Untuk memakai dan melepas pakaian masih perlu dibantu. Sejauh ini soal kemandirian Arsya oke.

Lain hal dengan Ali yang mengalami kemunduran, tapi hal tsb bukan karena malas melainkan satu tangannya yang berkurang fungsi karena patah. Urusan kemandirian diri sendiri seperti merapikan kamar tetap jalan namun butuh bantuan utk melipat bedcover. Membantu orangtua juga saya liburkan dulu.

Ketiduran beberapa malam tanpa sempat setoran tantangan, otomatis gagal mendapat badge Outstanding Performance, krn syaratnya setor tantangan selama 10 hari berturut-turut. Kemudian putus asa di beberapa hari terakhir, ingin berhenti begitu saja pada level ini karena merasa tak sanggup menyetor tantangan tepat waktu. Namun akhirnya tiba2 membulatkan tekad bahwa saya bisa. Yes, I can!

Akhirnya, dengan motivasi langsung dari Ibu Septi di grup Bunda Sayang khusus Koordinator, serta teman-teman sesama koordinator yang senantiasa menyemangati kami di grup, berhasillaah saya menyetor tantangan dengan cara di rapel, hehe

Alhamdulillaah selain mendapatkan 2 badge pada game level 2 ini, saya mendapat ilmu baru tentang kemandirian anak yaitu : Kemandirian/keterampilan Dasar yang harus sudah dikuasai anak hingga maksimal usia aqil baligh, kemudian dilanjutkan dengan Keterampilan Abad 21.

Semua materinya menyusul ya...hihi... karena saat ini masih terbatas waktu untuk online. Saya harus siaga mendampingi Ali bolak-balik kontrol dan fisioterapi di RS, juga latihan fisioterapi mandiri di rumah.

Sabtu, 18 Februari 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Bismillaah…

Ngomongin àsoal Komunikasi, bagi saya tidak ada habisnya. Meskipun pernah mempelajari Ilmu Komunikasi dibangku kuliah, namun saat itu tidak pernah mempelajari ilmu berkomunikasi dengan pasangan, apalagi dengan anak. Berkali-kali saya gagal, jatuh bangun, pernah juga sampai kejedot, hiks. Padahal kedua jenis komunikasi tersebut merupakan bekal penting yang harus kita kuasai sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga yang sedang kita jalani ini.

Kenapa? Karena selisih paham yang seringkali muncul sehari-hari bukan karena isi dari komunikasi kita, melainkan dari cara penyampaiannya. 

Nah, di tahap awal kelas Bunda Sayang kali ini, saya mendapat materi Komunikasi Produktif. Di dalamnya banyak sekali jurus yang efektif untuk dipraktekkan sehari-sehari di rumah dengan suami dan anak-anak. Ibu Septi juga mengajarnya dengan cara setahap demi setahap, membimbing kami dengan telaten dan menjawab semua curhatan kami di grup dengan gaya bahasa yang santai namun seperti mempunyai ruh, seakan-akan beliau juga hadir ditengah-tengah kita saat itu. Kata-katanya sederhana, tetapi penuh
 makna dan menonjok sangaaaat dalam ke dalam hati saya. Mak jleb!.....😂

Pertama-tama, belajar berkomunikasi dengan diri sendiri. Merubah pikiran negatif menjadi positif, karena pikiran yang posiftif membawa energi baik yang luar biasa dampaknya terhadap diri kita. Perlu selalu diingat bahwa “kosakata adalah output dari struktur berfikir dan cara berfikir kita”. Maka jika pikiran kita positif, akan muncul kata-kata positif dan sebaliknya. Perlu berhati-hati disini, karena kosakata kita mencerminkan diri kita. Tentu kita semua ingin dinilai baik oleh orang lain, kan? 😊

Kemudian berkomunikasi dengan pasangan. Sebagian besar pengalaman saya dengan suami, susah sekali mendapatkan kesepakatan mengenai sesuatu hal. Sama-sama anak pertama yang memiliki ego state orangtua , suka menceramahi tapi juga sama-sama tak suka digurui. Juga perbedaan Frame of Reference (pandangan hidup) dan Frame of Experience (pengalaman hidup) yang sangat mengganggu pola komunikasi kami. Dari situ harus ditemukan FoR dan FoE versi “kita”, untuk mencapai kesepakatan. Ini tantangan seru bagi saya yang orangnya cepet emosian 😂

Tidak kalah seru ketika membahas cara berkomunikasi dengan anak. Disebutkan ada 12 Gaya Populer Berkomunikasi dengan Anak, yang ternyata sering saya lakukan, misalnya memerintah. Saya orang yang cenderung perfeksionis dan ingin segalanya serba cepat dan instan. Ada juga Jenis Bahasa Cinta Anak, saya semakin mengenal anak saya tipe yang suka ditemani, dibersamai ketika berkegiatan. Misalnya mendongeng dirumah sebelum tidur, ditemani saat menggambar atau membuat komik, saya selalu ditanyai pendapat mengenai gambarnya tersebut. 

Selain dari tiga jenis komunikasi tersebut (Komunikasi dengan Diri Sendiri, Pasangan dan Anak-anak) kami juga mendapat Game Level 1 yaitu T10H (Tantangan 10 Hari). Kami ditantang untuk membuat sebuah Forum Keluarga dan menuliskan pengalaman kami mempraktekkan Komunikasi Produktif dalam forum keluarga, selama 10 hari berturut-turut.

Forum Keluarga yang selama ini berjalan dalam keluarga kami biasanya saat sarapan pagi, saat libur atau seringnya justru terpisah-pisah, seperti kalau saat suami bekerja, saya asik ngobrol dengan anak-anak dan saat malam hari setelah anak-anak tidur, saya berdua suami asik ngobrol dikamar sambil pijit-pijitan hehehe. Dikatakan Ibu Septi bahwa T10H tidak ada yang salah, karena setiap keluarga adalah unik. Tiap keluarga punya cara unik masing-masing dalam berkomunikasi dan membuat forum keluarga. 

Banyak dari kami (termasuk saya sendiri) yang merasa gagal ber-KomProd saat proses T10H. Saya malah sempat 2 hari tidak menyetor tantangan karena benar-benar merasa telah gagal ber-KomProd dengan suami dan anak-anak, termasuk saat saya sedang sakit kemarin. Namun bersyukur dalam hal ini saya benar-benar introspeksi, berusaha mencari penyebab kenapa saya gagal? Ternyata setiap gagal itu kondisi iman saya sedang down. Tidak membaca Qur’an dan jauh dari dzikir. Tak heran lah jika syaitan berhasil menggoda saya untuk berkomunikasi yang jauh dari produktif. Astaghfirulloh...

Di akhir materi Komunikasi Produktif, kami diminta menuliskan Aliran Rasa, seperti tulisan yang sedang Anda baca saat ini. Kalau aliran rasa versi saya ini mungkin lebih cocok disebut curcol kali yaaaaa heheheee✌

Kamis, 02 Februari 2017

Sabtu Bersama Papi


Sabtu kemarin, Arsya nge-date sama papinya, karena bundanya menemani Abang Ali berkegiatan di Depok.

Kehebohan yang dirasakan papi katanya sudah dimulai dari pagi, coba tebak apa??? Haha...Arsya pup di pagi hari sementara suami saya itu orangnya super duper jijik-an. Kasihan...tapi ya harus dihadapi toh? Untuk tahap awal Papi lolos hehe. Kemudian dimandikannya Arsya dan dibantu memakai pakaian.

Arsya ikut papi ke kantor namun katanya kelamaan dia bored dan ujung-ujungnya mereka nge mall. Pikir saya, itu mah hanya alasan suami saja yang kehabisan ide bermain hahaha....


  


Bismillaah...yuk sekalian dibuat portofolio, dan ini masuk kategori CHA (Catatan Harian Anak)

Tema                     : Sabtu Bersama Papi
Lokasi                   : Kantor Papi dan Mall
Hari / Tanggal        : Sabtu, 28 Desember 2016
Nama                    : Arsya Hafizh Arrasyid
Usia                      : 21 Bulan
Fasilitator              : Papi

Deskripsi :
Pertama kalinya, seharian bermain bersama papi, dari mulai aktivitas di rumah hingga ke kantor dan jalan-jalan bersama.

Ekspresi Anak :
Gembira menjalani aktivitas nya bersama papi seharian, sangat antusias, namun berlama-lama di kantor dia jenuh.

Fitrah yang Ingin Dibangun :
Fitrah Seksual : Membangun kedekatan dengan papi
Fitrah Belajar  : Mengenal nama benda-benda kantor dan jenis profesi yang ada di sana 
                        Memahami bahwa untuk bersenang-senang harus diawali dengan bekerja
Fitrah Sosial    : Bertemu dengan beberapa karyawan dan orang-orang di mall.

Feedback :
Alhamdulillaah Arsya gembira dan tidak rewel seharian.

Next Project :
Perlu mengadakan aktivitas bersama yang lebih variatif  dan tidak membiasakan ke mall lagi hehee 


Gimana...., gampang kan membuat portofolio? Yang menjadi  tantangan selama ini adalah...rasa malasnya! :p (ngomongnya depan kaca alias talk to my self). 

Untuk suami saya...Selamat...Anda layak dapat bintang! *kiss...*

Kamis, 26 Januari 2017

Assalaamu'alaikum

Halo... Assalaamu'alaikum!

Alhamdulillaah... setelah 5-6 tahunan dianggurin, akhirnya saya dapat melongok kembali ke rumah ini. Tunggu cerita-cerita kami, ya! ^^

Salam hangat dari kami ber-empat : Ali, Arsya, Papi dan saya. 

Sampai jumpa!