Sabtu, 18 Februari 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Bismillaah…

Ngomongin Γ soal Komunikasi, bagi saya tidak ada habisnya. Meskipun pernah mempelajari Ilmu Komunikasi dibangku kuliah, namun saat itu tidak pernah mempelajari ilmu berkomunikasi dengan pasangan, apalagi dengan anak. Berkali-kali saya gagal, jatuh bangun, pernah juga sampai kejedot, hiks. Padahal kedua jenis komunikasi tersebut merupakan bekal penting yang harus kita kuasai sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga yang sedang kita jalani ini.

Kenapa? Karena selisih paham yang seringkali muncul sehari-hari bukan karena isi dari komunikasi kita, melainkan dari cara penyampaiannya. 

Nah, di tahap awal kelas Bunda Sayang kali ini, saya mendapat materi Komunikasi Produktif. Di dalamnya banyak sekali jurus yang efektif untuk dipraktekkan sehari-sehari di rumah dengan suami dan anak-anak. Ibu Septi juga mengajarnya dengan cara setahap demi setahap, membimbing kami dengan telaten dan menjawab semua curhatan kami di grup dengan gaya bahasa yang santai namun seperti mempunyai ruh, seakan-akan beliau juga hadir ditengah-tengah kita saat itu. Kata-katanya sederhana, tetapi penuh
 makna dan menonjok sangaaaat dalam ke dalam hati saya. Mak jleb!.....πŸ˜‚

Pertama-tama, belajar berkomunikasi dengan diri sendiri. Merubah pikiran negatif menjadi positif, karena pikiran yang posiftif membawa energi baik yang luar biasa dampaknya terhadap diri kita. Perlu selalu diingat bahwa “kosakata adalah output dari struktur berfikir dan cara berfikir kita”. Maka jika pikiran kita positif, akan muncul kata-kata positif dan sebaliknya. Perlu berhati-hati disini, karena kosakata kita mencerminkan diri kita. Tentu kita semua ingin dinilai baik oleh orang lain, kan? 😊

Kemudian berkomunikasi dengan pasangan. Sebagian besar pengalaman saya dengan suami, susah sekali mendapatkan kesepakatan mengenai sesuatu hal. Sama-sama anak pertama yang memiliki ego state orangtua , suka menceramahi tapi juga sama-sama tak suka digurui. Juga perbedaan Frame of Reference (pandangan hidup) dan Frame of Experience (pengalaman hidup) yang sangat mengganggu pola komunikasi kami. Dari situ harus ditemukan FoR dan FoE versi “kita”, untuk mencapai kesepakatan. Ini tantangan seru bagi saya yang orangnya cepet emosian πŸ˜‚

Tidak kalah seru ketika membahas cara berkomunikasi dengan anak. Disebutkan ada 12 Gaya Populer Berkomunikasi dengan Anak, yang ternyata sering saya lakukan, misalnya memerintah. Saya orang yang cenderung perfeksionis dan ingin segalanya serba cepat dan instan. Ada juga Jenis Bahasa Cinta Anak, saya semakin mengenal anak saya tipe yang suka ditemani, dibersamai ketika berkegiatan. Misalnya mendongeng dirumah sebelum tidur, ditemani saat menggambar atau membuat komik, saya selalu ditanyai pendapat mengenai gambarnya tersebut. 

Selain dari tiga jenis komunikasi tersebut (Komunikasi dengan Diri Sendiri, Pasangan dan Anak-anak) kami juga mendapat Game Level 1 yaitu T10H (Tantangan 10 Hari). Kami ditantang untuk membuat sebuah Forum Keluarga dan menuliskan pengalaman kami mempraktekkan Komunikasi Produktif dalam forum keluarga, selama 10 hari berturut-turut.

Forum Keluarga yang selama ini berjalan dalam keluarga kami biasanya saat sarapan pagi, saat libur atau seringnya justru terpisah-pisah, seperti kalau saat suami bekerja, saya asik ngobrol dengan anak-anak dan saat malam hari setelah anak-anak tidur, saya berdua suami asik ngobrol dikamar sambil pijit-pijitan hehehe. Dikatakan Ibu Septi bahwa T10H tidak ada yang salah, karena setiap keluarga adalah unik. Tiap keluarga punya cara unik masing-masing dalam berkomunikasi dan membuat forum keluarga. 

Banyak dari kami (termasuk saya sendiri) yang merasa gagal ber-KomProd saat proses T10H. Saya malah sempat 2 hari tidak menyetor tantangan karena benar-benar merasa telah gagal ber-KomProd dengan suami dan anak-anak, termasuk saat saya sedang sakit kemarin. Namun bersyukur dalam hal ini saya benar-benar introspeksi, berusaha mencari penyebab kenapa saya gagal? Ternyata setiap gagal itu kondisi iman saya sedang down. Tidak membaca Qur’an dan jauh dari dzikir. Tak heran lah jika syaitan berhasil menggoda saya untuk berkomunikasi yang jauh dari produktif. Astaghfirulloh...

Di akhir materi Komunikasi Produktif, kami diminta menuliskan Aliran Rasa, seperti tulisan yang sedang Anda baca saat ini. Kalau aliran rasa versi saya ini mungkin lebih cocok disebut curcol kali yaaaaa heheheee✌

Kamis, 02 Februari 2017

Sabtu Bersama Papi


Sabtu kemarin, Arsya nge-date sama papinya, karena bundanya menemani Abang Ali berkegiatan di Depok.

Kehebohan yang dirasakan papi katanya sudah dimulai dari pagi, coba tebak apa??? Haha...Arsya pup di pagi hari sementara suami saya itu orangnya super duper jijik-an. Kasihan...tapi ya harus dihadapi toh? Untuk tahap awal Papi lolos hehe. Kemudian dimandikannya Arsya dan dibantu memakai pakaian.

Arsya ikut papi ke kantor namun katanya kelamaan dia bored dan ujung-ujungnya mereka nge mall. Pikir saya, itu mah hanya alasan suami saja yang kehabisan ide bermain hahaha....


  


Bismillaah...yuk sekalian dibuat portofolio, dan ini masuk kategori CHA (Catatan Harian Anak)

Tema                     : Sabtu Bersama Papi
Lokasi                   : Kantor Papi dan Mall
Hari / Tanggal        : Sabtu, 28 Desember 2016
Nama                    : Arsya Hafizh Arrasyid
Usia                      : 21 Bulan
Fasilitator              : Papi

Deskripsi :
Pertama kalinya, seharian bermain bersama papi, dari mulai aktivitas di rumah hingga ke kantor dan jalan-jalan bersama.

Ekspresi Anak :
Gembira menjalani aktivitas nya bersama papi seharian, sangat antusias, namun berlama-lama di kantor dia jenuh.

Fitrah yang Ingin Dibangun :
Fitrah Seksual : Membangun kedekatan dengan papi
Fitrah Belajar  : Mengenal nama benda-benda kantor dan jenis profesi yang ada di sana 
                        Memahami bahwa untuk bersenang-senang harus diawali dengan bekerja
Fitrah Sosial    : Bertemu dengan beberapa karyawan dan orang-orang di mall.

Feedback :
Alhamdulillaah Arsya gembira dan tidak rewel seharian.

Next Project :
Perlu mengadakan aktivitas bersama yang lebih variatif  dan tidak membiasakan ke mall lagi hehee 


Gimana...., gampang kan membuat portofolio? Yang menjadi  tantangan selama ini adalah...rasa malasnya! :p (ngomongnya depan kaca alias talk to my self). 

Untuk suami saya...Selamat...Anda layak dapat bintang! *kiss...*